Benny Krisnawardi, S. Sn. Lahir di Batusangkar, Sumatera Barat. Dibesarkan dalam lingkungan keluarga seniman. Keahliannya bermain music yang dipelajari dari kakek dan bapak, dimana mereka berdua merupakan seorang composer, tidak dilanjutkan oleh Benny, Namun ia berpindah ke dunia Tari yang akhirnya menjadi pilihan hidupnya. Hal tesebut didorong oleh kegemarannya dalam dunia pencak silat yang telah digelutinya sejak bangku SMP. Sebagai penari , Benny sejak tahun 1986 bergabung bersama Gumarang Sakti pimpinan Gusmiati Suid, dan tampil di berbagai pertunjukan baik skala Nasional maupun Internasional. Seperti di International Festival of Theatre and Martial Arts di Calcuta, India (1987), International Festival of Dance Academies di Hongkong (1988), Recontres International De Labaule, Perancis (1989), dan festival Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat (KIAS) tahun 1991 di A.S. dll. The 2nd Jakarta International of Performing Arts (1992) di Jakarta, Von Isadora zu Pina—100 Jahre Modern Tanz Festival (1994) di Jerman, Art Summit II (1998) dan III (2001) di Jakarta, dan lain-lain. Menjelang akhir studinya di IKJ, Benny mulai menekuni karier sebagai penata tari. Dari tahun 1990 sampai saat ini, puluhanan karya telah diciptakan Benny. Disamping itu pula Benny juga melahirkan karya-karya kolaborasi seperti, Warih (1997) bersama Boi G. Sakti tampil di Singapore Arts Festival. Ibu Bhumi bersama Gerard Mosterat Belanda, In Beetwen bersama Katia Angel asal Jerman. Karya kolosal Sea Games Pelembang, PON Riau bersama Batavia Jakarta. Karya Kolosal Kujang Palagan untuk pembukaan PORDA Jawa Barat 2018. Karya Manyulam Kain Joloang pada pembukaan Festival Pesona Budaya Minangkabau di Istana Pagaruyung Batusangkar Sumatera Barat (2019).