Pegiat aksara Nusantara kelahiran Bandung tahun 1990, nama asli Didin Ahmad Zaenudin, namun publik lebih mengenal dengan nama Diaz, yang tidak lain adalah akronim dari nama lengkap (Di.A.Z). Mencintai budaya dan sejarah Nusantara sejak kecil, selain gemar menonton wayang, juga mengoleksi barang-barang kuno dan antik yang mempunyai nilai sejarah.
Riwayat pendidikan cukup suram, empat kali mencoba daftar kuliah, hanya dua kampus yang pernah diduduki. Dan dari dua kali masa kuliah, tidak satu pun yang dijajaki sampai lulus. Dua perkuliahan yang pernah diduduki adalah Manajemen Informatika di Bandung (2009) dan Pendidikan Bahasa Arab di Lamongan (2013). Pengalaman Organisasi dimulai dengan menjadi mahasiswa Pergerakan (PMII) di Bandung tahun 2009 sebagai anggota liar, kadang menjadi pengurus harian dadakan ketika senior bolos demo. 2013 bergabung dengan Organisasi riset bernama “Lingkar Institut” di Lamongan, kemudian menjadi pengurus Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI PBNU) sejak tahun 2015. Pada waktu bersamaan di tahun 2016 bergabung dengan GP.ANSOR, Diaspora Muda Lamongan (DIASDALA), dan Majelis Adat Nusantara (MATRA) Jawa Timur.
Memulai pengembaraan dunia aksara pada tahun 2012, guru pertamanya adalah sang mantan pacar yang kini menjadi Istri. Sejak tahun 2013 mulai melakukan penelitian yang berkaitan dengan sejarah, budaya, seni dan mistik. Sebut saja Riset Benda numismatika (2013), Riset Pusaka dan Tosan Aji (2014), Riset Perangkat Klenik dan Perdukunan Nusantara (2015), pada tahu 2016 mengkhatamkan Indonesia dengan perjalanan Ekspedisi Islam Nusantara bersama PBNU dan Kemendagri dalam waktu 3 bulan. 2017 mulai menggarap proyek digitalisasi manuskrip secara mandiri, dan Sejak 2018 melakukan penelitian sejarah desa-desa di Gresik. Kumpulan proyek yang digarap sejak 2013 itu diberi nama “Nawaksara”, yang rencananya akan dipublikasi di laman Nawaksara.id