Bambang Widiatmoko, penyair berasal dari Yogyakarta. Kumpulan puisinya al. Mubeng Beteng (2020), Kirab (2021), Liat Pulaggajat (2022). Puisinya terhimpun dalam antologi puisi bersama al. Puisi Situs dan Artefak (2022), Luka Manakarra (2022), Tarian Laut (2022), Wasiat Botinglangi (2022), Ini Kali Tidak Ada yang Mencari Cinta (2022), Raja Kelana (2022), Identitas, Kemanusiaan, Kampung Halaman (2023), Puisi di Tanah Cahaya (2023), Rendezvous (2023), Merdeka Belajar (2023), Candi di Tepi Kolam (2023), Kulminasi (2023). Kumpulan esainya Jalan Cahaya (KKK, 2022). Ikut menulis esai di buku al. Nyanyi Sunyi Tradisi Lisan (ATL, 2021), Esai dan Kritik Sastra NTT (KKK, 2021), Mencecap Tanda Mendedah Makna (FIB UI, 2021), Sastra, Pariwisata, Lokalitas (HISKI Bali, 2021), Antologi Kritik Sastra dan Esai (KKK. 2021), Jalan Sastra Lampung (DKL, 2022). Di Antara Gudang, Rumah Tua, pada Cerita (Gramedia, 2022), Oase di (Tepian) Kota (2023). Pernah mengikuti workshop jurnalisme arkeologi BWCF 2023. Bergiat di Asosiasi Tradisi Lisan (ATL).
Borobudur Writers & Cultural Festival
Borobudur Writers & Cultural Festival adalah wahana pertemuan bagi para penulis baik fiksi maupun non fiksi, para pekerja kreatif, aktivis budaya dan keagamaan lintas iman. Pada tiap tahunnya BWCF berusaha menyajikan tema utama terpilih yang dianggap mampu merangsang para hadirin untuk menyadari kembali keunikan dan kekayaan berbagai pemikiran sastra, kesenian dan religi nusantara.
Popular
Recent
Comments
Tags