Azhari Aiyub (lahir di Banda Aceh tahun 1981) adalah Sastrawan Indonesia ikut memberi pencerahan dan kebaruan dalam dunia sastra kontemporer kita melalui cerita-cerita pendeknya. Selain menulis prosa, dia juga menulis esai dan puisi. Sebelum terjadinya Tsunami pada 26 Desember 2004, dia menempuh pendidikan di Fakultas Bahasa dan Literatur di Univ Syiah Kuala Banda Aceh. Dia merupakan salah satu pendiri Sekolah Menulis Dokarim sebuah sekolah menulis kreatif. Bukunya yang berjudul Perempuan Pala (terbit 2004), berhasil masuk dalam nominasi Khatulistiwa Literary Award . Dia menerima Free Word Award dari Poets of All Nations di Belanda pada tahun 2005. Pada tahun 2018, dia menjadi pemengang Kusala Sastra Khatulistiwa atas karya prosa Kura – Kura Berjanggut. Setelah vakum menulis selama 2 tahun, Azhari kembali menulis tentang Aceh, dan beberapa cerita pendek diterbitkan oleh Koran Tempo. Kumpulan cerpennya berjudul Perempuan Pala telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diberi pengantar oleh antropolog James T. Siegel. Feminis Prancis terkemuka, Helene Cixous, menyatakan bahwa dia belum pernah membaca cerita yang ditulis dengan cara dan perspektif Azhari. Azhari juga salah satu penggagas sekaligus pengelola Museum Hak Asasi Manusia pertama di Indonesia dan juga Asia Tenggara, yang berdiri pada 23 Maret 2011 di Banda Aceh.
Borobudur Writers & Cultural Festival
Borobudur Writers & Cultural Festival adalah wahana pertemuan bagi para penulis baik fiksi maupun non fiksi, para pekerja kreatif, aktivis budaya dan keagamaan lintas iman. Pada tiap tahunnya BWCF berusaha menyajikan tema utama terpilih yang dianggap mampu merangsang para hadirin untuk menyadari kembali keunikan dan kekayaan berbagai pemikiran sastra, kesenian dan religi nusantara.
Popular
Recent
Comments
Tags