Raudal Tanjung Banua, lahir di Lansano, Kenagarian Taratak, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, 19 Januari 1975. Pernah menjadi koresponden Harian Haluan dan Harian Semangat, Padang, untuk akhirnya merantau ke Denpasar, Bali, bergabung dengan Sanggar Minum Kopi dan intens belajar pada
penyair Umbu Landu Paranggi. Setelah itu ia masuk Jurusan Teater, Fakultas Seni Pertunjukan ISI, Yogyakarta.Bukunya Pulau Cinta di Peta Buta (2003), Ziarah bagi yang Hidup (2004), Parang Tak Berulu (2005), Gugusan Mata Ibu (2005), Api Bawah Tanah (2013) dan Kota-Kota Kecil yang Diangan dan Kujumpai (2019) serta Cerita-Cerita Kecil yang Sedih dan Menakjubkan (2020). Ia memperoleh penghargaan Sih Award 2005 dari Jurnal Puisi, Anugrah Sastra Horison 2005, MASTERA 2007 (untuk buku Gugusan Mata Ibu), nomine KLA 2005 utk kategori puisi dan prosa, juara II sayembara naskah drama Nasional Kemdikbud 2018, juara I sayembara naskah teater TBY Yogyakarta 2019 dan Anugerah Cerpen Terbaik Kompas 2018. Pernah mengelola Festival Kesenian Yogyakarta, Kongres Cerpen Indonesia, Festival Musik Puisi Indonesia dan Temu Sastrawan Indonesia. Raudal kini mengelola Komunitas Rumahlebah dan Lembaga AKAR Indonesia yang pernah menerbitkan Jurnal Cerpen Indonesia dan rumahlebah ruangpuisi di Yogyakarta, sambil aktif menulis kolom, menjadi juri, pembicara dan pemateri workshop sastra-budaya.
Borobudur Writers & Cultural Festival
Borobudur Writers & Cultural Festival adalah wahana pertemuan bagi para penulis baik fiksi maupun non fiksi, para pekerja kreatif, aktivis budaya dan keagamaan lintas iman. Pada tiap tahunnya BWCF berusaha menyajikan tema utama terpilih yang dianggap mampu merangsang para hadirin untuk menyadari kembali keunikan dan kekayaan berbagai pemikiran sastra, kesenian dan religi nusantara.
Popular
Recent
Comments
Tags