Kedung Darma Romansha, lahir di Indramayu, Jawa Barat. Ia merupakan alumni Pondok Pesantren Yayasan Ali Maksum Krapyak, Yogyakarta (2002) dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta (2009) serta pascasarjana Ilmu Sastra Universitas Gadjah Mada (2017). Novel pertamanya “Kelir Slindet”, yang merupakan buku pertama dari dwilogi Telembuk (Gramedia Pustaka Utama, 2014 dan Buku Mojok, 2020) dinobatkan sebagai roman terbaik Tabloid Nyata. Novel keduanya “Telembuk, Dangdut dan Kisah Cinta yang Keparat” (Indie Book Corner, 2017 dan Buku Mojok, 2020) masuk shortlist Kusala Sastra Khatulistiwa 2017 serta menjadi buku yang direkomendasikan Majalah Tempo kategori prosa, 2017. Novel itu juga yang menjadi salah satu novel terpilih dalam Market Focus, London Book Fair (Komite Buku Nasional, 2019). Kumpulan cerpen perdananya “Rab(b)i” (Buku Mojok, 2020) juga masuk short list Kusala Sastra Khatulistiwa, 2020. Selain menulis ia juga seorang aktor yang terlibat dalam beberapa produksi teater dan film. Pada Agustus 2018, ia bersama Saturday Acting Club diundang oleh Asia Theatre Directors Festival TOGA, Toyama, Jepang, untuk membawakan “The Decision” karya Bertolt Brecht. Selain itu ia bersama kawan-kawan muda Indramayu mendirikan komunitas “Jamaah Telembukiyah” yang bergerak di bidang literasi dan sosial. Beberapa anggotanya pernah melakukan penyuluhan di beberapa tempat lokalisasi, dan menariknya pendekatannya dilakukan dengan cara mengajar ngaji anak-anak PSK. Buku puisi terbarunya “Tarling Dangdut Diva Pantura” (JBS & Rumah Buku, 2022).
Borobudur Writers & Cultural Festival
Borobudur Writers & Cultural Festival adalah wahana pertemuan bagi para penulis baik fiksi maupun non fiksi, para pekerja kreatif, aktivis budaya dan keagamaan lintas iman. Pada tiap tahunnya BWCF berusaha menyajikan tema utama terpilih yang dianggap mampu merangsang para hadirin untuk menyadari kembali keunikan dan kekayaan berbagai pemikiran sastra, kesenian dan religi nusantara.
Popular
Recent
Comments
Tags